Rabu, 21 Juni 2023

Berlindung Kepada Alloh dari Mati Digigit Binatang Berbisa

 Soal: Kenapa Rasul berdoa dengan doa ini, yaitu:

أعوذ بك أن أموت لديغا

“Saya berlindung kepada-Mu dari saya mati dalam keadaan digigit ular berbisa.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ahmad).

Apakah tidak terpuji seseorang mati dalam keadaan digigit ular berbisa? Semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan.

 

Jawab:

 

Segala puji bagi Alloh. Semoga shalawat dan salam Alloh untuk Rasul-Nya, keluarganya, dan para sahabatnya. Amma ba’du:

 

Sungguh telah datang dalam Sunan Abi Dawud dari Abu al-Yusr bahwa Rasululloh berdoa:

اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بكَ منَ الهدْمِ وأعوذُ بكَ منَ التَّردِّي وأعوذُ بكَ منَ الغرَقِ والحرْقِ والهرَمِ وأعوذُ بكَ أن يتخبَّطني الشَّيطانُ عندَ الموتِ وأعوذُ بكَ أن أموتَ في سبيلِكَ مدبرًا وأعوذُ بكَ أن أموتَ لديغًا

“Ya Alloh, saya berlindung kepada-Mu dari tertimpa bangunan, saya berlindung kepada-Mu dari terjatuh dari ketinggian, saya berlindung kepada-Mu dari tenggelam dan terbakar, saya berlindung kepada-Mu dari pikun, saya berlindung kepada-Mu dari dirasuki Setan tatkala meninggal dunia, saya berlindung kepada-Mu dari saya mati di jalan-Mu dalam keadaan lari dari medan perang, dan saya berlindung kepada-Mu dari saya mati dalam keadaan digigit ular berbisa.”

 

Hadis ini telah mengumpulkan antara meminta perlindungan dari dua macam perkara yang dibenci dan berbagai musibah:

 

1-      Perkara-perkara yang padanya murni keburukan dalam semua keadaan. Semisal seseorang kerasukan Setan tatkala meninggal dunia dan seseorang mati di jalan Alloh dalam keadaan lari dari medan perang.

 

2-      Perkara-perkara yang ia adalah musibah, akan tetapi datang hadis-hadis yang menyatakan bahwa siapa yang mati dengan musibah ini, maka baginya ganjaran orang yang mati syahid.

 

 

Karenanya, para ulama merasa kesulitan untuk memahami meminta perlindungan dari perkara-perkara ini, padahal perkara-perkara ini menjadi sebab mati syahid, semisal mati dalam keadaan tertimpa bangunan, terbakar, dan digigit binatang berbisa.

 

Para ulama telah menjawab kesulitan ini yang maknanya bahwa perkara-perkara ini termasuk perkara-perkara yang sangat memberatkan dan menyedihkan. Kadang seseorang apabila tertimpa dengannya, ia tidak sabar dan ia mengalami kesedihan serta marah dengannya. Sehingga ia mati su’ul khatimah.

 

Dalam Faidh al-Qadir karya Munawi disebutkan, “Nabi meminta perlindungan dari perkara-perkara ini bersamaan dengan padanya ada memperoleh derajat mati syahid. Karena perkara-perkara ini sangat memberatkan dan menyedihkan yang seseorang tidak akan kuat bersamanya. Kadang Setan menggelincirkannya sehingga mengurangi agamanya. Karena ini termasuk kematian tiba-tiba dan celaan yang disesalkan.”

 

Dalam Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih disebutkan, Turibisyti berkata, “Sesungguhnya Nabi meminta perlindungan dari musibah-musibah ini bersamaan dengan apa yang dijanjikan padanya dari derajat mati syahid, karena musibah-musibah ini adalah ujian yang sangat memberatkan dan menyedihkan yang hampir tidak ada seorang pun yang bisa bersabar bersamanya dan kuat menanggungnya, atau pada saat terjadinya musibah tersebut ia menyebutkan sesuatu yang wajib baginya di saat itu. Kadang Setan mengambil kesempatan yang ia tidak pernah mendapatinya dalam kondisi semacam ini, sehingga Setan membawanya kepada apa yang memudharatkan agamanya. Kemudian pula musibah ini datang kepadanya secara tiba-tiba sehingga musibah ini mengandung sebab-sebab yang telah kami sebutkan pada kematian tiba-tiba.”

 

Dalam Syarh Sunan Abi Dawud karya Syaikh AbdulMuhsin al-Abbad disebutkan, “Telah datang bahwa orang yang mati tenggelam, orang yang mati terbakar, dan orang yang mati digigit ular berbisa adalah orang-orang yang mati syahid. Akan tetapi kalau mereka masih hidup, maka sungguh diperoleh baginya perkara-perkara yang ia tidak mampu untuk bersabar bersamanya. Sehingga ia merasa rugi dan sempit hati. Meminta perlindungan dari perkara-perkara ini secara umum, sama saja apakah ia mati karenanya atau tidak, maka ia minta perlindungan darinya.”

Wallohu a’lam.

 

Sumber: إسلام ويب

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar