Termasuk hikmah Alloh untuk Dia menjadikan
di dunia ini kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan. Tidak ada yang
bisa menolak hikmah-Nya. Dia menjadikan di setiap zaman dan setiap tempat,
manusia yang hidup di muka bumi untuk berbuat kerusakan, menyebarkan keburukan,
dan memerangi keutamaan. Dia menguji sebagian manusia dengan sebagian manusia
yang lain, agar Alloh menguji para hamba-Nya.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ
أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا
بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap
negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam
negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang
mereka tidak menyadarinya.
Makar adalah mengatur secara rahasia yang
dilakukan oleh para pelakunya untuk mereka melaksanakan apa yang mereka
rencanakan dari menimpakan gangguan kepada orang yang benar. Mereka adalah
sekelompok manusia yang al-Qur’an menyebutkan mereka dengan lafazh الملأ /
al-mala’. Mereka adalah para pemimpin, para pembesar, para tokoh kaum mereka.
Mereka menonjol di masyarakat mereka. Mereka perkataannya di terima kaum
mereka. Manusia memuliakan mereka. Mereka adalah orang yang berhak untuk
memimpin masyarakat sesuai dengan pemahaman kemasyarakatan yang mereka hidup di
situ. Dimutlakkannya kata al-mala’ dalam al-Qur’an untuk menjelaskan fakta,
bukan untuk menjelaskan hakikatnya. Atau karena mereka berhak mendapetkan
kedudukan ini, yaitu kedudukan kepemimpinan dan ketokohan.
Ibnu al-Jauzi رحمه الله berkata:
Sesungguhnya dijadikan para pembesar dari
orang-orang fasik di suatu negeri karena mereka diberi kepemimpinan dan
kekayaan. Mereka adalah orang-orang jahat yang suka untuk menguasai para hamba.
Mereka menentang setiap dakwah yang menyampaikan kepada dirampasnya kedudukan
dan kewibawaan mereka serta hilangnya kekuasaan mereka terhadap para hamba.
Karenanya, para pelaku kebatilan di setiap
zaman dan di setiap tempat berusaha untuk memusuhi dakwah yang benar dan mereka
menolak setiap apa yang merampas kekuasaan mereka. Bahkan mereka menghasut
manusia untuk menentang dakwah. Sebagaimana kisah Nabi Nuh عليه السَّلام:
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ
مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا
الْأَوَّلِينَ
“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di
antara kaumnya menjawab, ‘Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan
seandainya Alloh menghendaki, maka Dia mengutus beberapa orang malaikat. Kami
tidak pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami
yang dahulu.’”
Mereka dengan kedudukan mereka –untuk
menjaga kedudukan mereka- menghasut manusia untuk menolak dakwah dan menolak
Nuh serta menghasut manusia untuk memusuhi Nuh. Mereka berkata kepada manusia,
“Sesungguhnya Nuh ingin menjadi pemimpin kalian.” Tujuannya agar manusia
berpaling dari Nuh agar kekuasaan mereka tetap langgeng.
Ini misal dari para rasul terdahulu. Adapun
apa yang terjadi dengan penutup para nabi dan rasul, maka sungguh Alloh telah
mengisahkan tentang para pemuka Quraisy:
وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا
وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ
“Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka
(dengan berkata), ‘Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu,
sesungguhnya ini benar-benar suatu yang dikehendaki.’”
Ini sebagian perkataan para pembesar
Quraisy. Maknanya sebagaimana dalam Tafsir Qurthubi:
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang
dikehendaki.” Perkataan peringatan. Yaitu sesungguhnya Muhammad ﷺ
menginginkan dengan apa yang ia katakan agar manusia tunduk kepadanya dan
menjadi pemimpin kita. Kita menjadi pengikutnya. Sehingga ia mengatur kita
sebagaimana yang ia inginkan. Hati-hatilah dari mentaatinya.
Ayat ini menjelaskan bahwa di setiap negeri
ada orang-orang jahat dari para pembesar dan pemuka mereka untuk berbuat
kerusakan di muka bumi. Ini adalah sifat orang-orang jahat. Serta menjelaskan
adat dan cara mereka. Ayat ini turun dan Rasululloh di Mekah, untuk menjelaskan
kepada para juru dakwah bahwa makar adalah sifat orang-orang jahat. Dalam hal
ini terdapet hiburan bagi para juru dakwah dengan apa yang akan mereka jumpai,
sehingga mereka di atas persiapan. Karena Mekah telah melalui keadaan dan
kondisi berat bagi kaum muslimin. Karena para pembesar Mekah telah berbuat
makar terhadap kaum muslimin dengan setiap jalan dan sarana. Sebagaimana
terjadi di hari ini. Sama saja, apakah tipu daya secara materi atau informasi,
serta mempromosikan bahwa Islam adalah agama kejahatan dan pembunuhan. Kaum
muslimin adalah orang-orang tidak berguna dan para pembunuh. Mereka adalah
orang-orang zhalim dan para wanita muslim tertindas.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makar yang
dimaksudkan dalam ayat ini adalah seruan mereka kepada kesesatan dari sisi
menghias-hiasi perkataan mereka dan perbuatan mereka. Al-Qur’an mengkhususkan
menyebutkan para pembesar, karena mereka adalah para penguasa yang di tangan
mereka segala perkara dan karena mereka adalah orang yang paling mampu untuk
berbuat kerusakan dan menghalangi dakwah dengan ketetapan kedudukan mereka di
kaumnya.
Kepemimpinan mereka terhadap masyarakat
mereka dan diserahkannya kepemimpinan kepada mereka adalah perkara aneh.
Sungguh telah didahulukannya maf’ul kedua, yang demikian bukan karena perkara
ini aneh, karena mereka tidak pantas untuk menjadi pemimpin. Ibnu ‘Asyur
berkata, “Didahulukannya maf’ul kedua untuk diperhatikan karena keanehan
keadaannya. Karena menjadikan orang-orang jahat menjadi pembesar dan pemimpin
adalah perkara aneh. Karena mereka tidak pantas menjadi pemimpin.
Termasuk perkara aneh dalam ayat tersebut,
“Penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri
itu.” Alloh menyifati para pembesar tersebut dengan mereka adalah orang-orang
jahat dan orang-orang yang berbuat makar. Telah diketahui bahwa kejahatan
adalah dosa. Perbuatan jahat adalah sifat para pelaku keburukan dari
orang-orang jahat dan orang-orang yang berbuat makar dan sifat orang-orang yang
jahat.
Alloh berfirman:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ
عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ. فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ . فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ . وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ . قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ . رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ . قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ
آذَنَ لَكُمْ إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا
مِنْهَا أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
.
“Dan Kami wahyukan kepada Musa,
‘Lemparkanlah tongkatmu!’ Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang
mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka
kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang
hina. Dan ahli-ahli sihir itu meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata,
‘Kami beriman kepada Tuhan semesta alam. (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.’ Fir'aun berkata, ‘Apakah kamu beriman
kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya (perbuatan ini)
adalah suatu makar yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan
penduduknya dari padanya, maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu
ini).”
Telah datang perintah Alloh kepada Musa عليه السَّلام
untuk melemparkan tongkatnya. Lalu tongkat tersebut berubah menjadi ular yang
berjalan dan memakan setiap apa yang mereka ada-adalan dari tipuan dan
kebohongan / sihir. Tampaklah kebenaran dan jelas dalam peristiwa ini. Maka
batallah sihir mereka, sehingga mereka hina dalam peristiwa tersebut. Karena
kebatilan yang mereka banggakan telah hilang dan sihir yang mereka kerjakan
telah sirna, mereka tidak mendapetkan tujuan mereka yang mereka inginkan.
Dari sana, tatkala para tukang sihir
mengetahui bahwa apa yang terjadi bukanlah sihir atau perkara biasa, karena
mereka mengetahui sihir dan metode-metodenya, maka mereka mengetahui apa yang
tidak diketahui selain tukang sihir. Mereka mengetahui apa yang terjadi adalah
ayat dari ayat-ayat Alloh. Karenanya, mereka tidak berbuat kecuali mengumumkan
keimanan mereka.
Akan tetapi syahid dalam ayat-ayat ini
bahwa kaum mukminin disifati dengan makar. Sedangkan makar adalah sifat untuk
selain kaum mukminin. Sesungguhnya makar adalah sifat orang-orang kafir. Setiap
sifat yang disebutkan padanya makar adalah sifat untuk orang-orang jahat,
kecuali di tempat ini. Setelah Fir’aun mengumpulkan para tukang sihir, mengumpulkan
para pembantunya, dan mengumpulkan rakyatnya, maka hasilnya kebalikan apa yang
mereka inginkan. Sihir tersebut berbalik kepada para tukang sihir. Alloh
melaksanakan perkara yang telah ditetapkan-Nya. Para tukang sihir tersebut
sebagaimana perkataan Qatadah, “Mereka di awal siang adalah orang-orang kafir
dan di akhir siang mereka adalah orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
baik.”
قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّ
هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا
فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Fir'aun berkata, ‘Apakah kamu beriman
kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya (perbuatan ini)
adalah suatu makar yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk
mengeluarkan penduduknya dari padanya, maka kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu ini).”
Ibnu ‘Asyur berkata: Perkataan Fir’aun di
sini mengandung kemungkinan bahwa apa yang dikatakannya cocok dengan
persangkaannya di atas tuduhan terhadap kaum mukminin. Ia mengatakannya sebagai
celaan kepada kaum mukminin. Sebagaimana mengandung kemungkinan ia
mengatakannya sebagai tipuan dan kebohongan untuk memalingkan manusia dari
mengikuti para tukang sihir.
Dengan ini tampak penipuan dan kebohongan
terhadap hakikat peristiwa tersebut di hadapan manusia. Tampaklah kebenaran
secara nyata. Adapun Fir’aun, ia mengatakan perkataan ini untuk membela
kehormatannya yang dirampas darinya dalam peristiwa ini. Ia berkata kepada
manusia dan menyeru bahwa para tukang sihir telah bersekongkol dengan Musa. Ini
telah mereka rencanakan secara rahasia. Ia mengklaim di hadapan rakyatnya bahwa
mereka / para rakyat adalah yang diinginkan dalam makar ini. Musa dan
orang-orang yang bersamanya dari para tukang sihir ingin mengeluarkan mereka
dari kota mereka. Lalu Fir’aun mulai mengancam.
Fir’aun ingin membalikkan peristiwa
tersebut kepada Musa dan orang-orang yang beriman bersamanya dan membalikkan
peristiwa tersebut untuk maslahatnya, sehingga manusia berkumpul kepadanya.
Fir’aun menyeru:
وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا
قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي
أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan Fir'aun menyeru kaumnya, berkata, ‘Hai
kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai
ini mengalir di bawahku, maka apakah kamu tidak melihat(nya)?’”
Fir’aun menyeru setelah ia melihat ayat
yang gamblang, maka ia takut rakyatnya beriman, “Bukankah kerajaan Mesir yang
luas ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawah
istana-istanaku?”
Qatadah berkata, “Dahulu kebun-kebun dan
sungai-sungai Mesir mengalir di bawah istananya.”
أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ
مَهِينٌ
“Bukankah aku lebih baik dari orang yang
hina ini?” Ia mengisyaratkan kepada sedikitnya pengikut Musa dan rendahnya ia.
Dalam perkataan ini terdapet hasutan kepada pengikut Musa dengan kekuasaannya.
Musa tidak memiliki kekuasaan, harta, kedudukan, dan tidak pula pemerintahan.
Syaikh Abdurahman as-Sa’di رحمه الله
berkata:
Lalu kaum mukminin berdoa kepada Alloh agar
Alloh memantapkan mereka dan memberi kesabaran kepada mereka. Mereka berdoa:
رَبَّنَا أَفْرِغْ
“Rabb kami, limpahkan.” Yaitu curahkan.
عَلَيْنَا صَبْرًا
“Kepada kami kesabaran.” Yaitu (kesabaran)
yang besar. Sebagimana yang ditunjukkan oleh lafazh nakirah. Karena ini adalah
cobaan yang besar yang bisa sampai kepada kematian. Sehingga diperlukan
kesabaran yang besar padanya untuk mengokohkan hati dan seorang mukmin tenang
dengan keimanannya serta hilang darinya ketakutan yang besar.
وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
“Dan wafatkan kami di atas Islam.” Yaitu
tunduk kepada perintah-Mu dan mengikuti Rasul-Mu. Zhahirnya Fir’aun
melaksanakan ancamannya kepada mereka dan Alloh menetapkan mereka di atas
keimanan.
Sumber: www.alukah.net بتصرف