Selasa, 20 Juni 2023

Makar Termasuk Sifat Orang-Orang Jahat

Termasuk hikmah Alloh untuk Dia menjadikan di dunia ini kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan. Tidak ada yang bisa menolak hikmah-Nya. Dia menjadikan di setiap zaman dan setiap tempat, manusia yang hidup di muka bumi untuk berbuat kerusakan, menyebarkan keburukan, dan memerangi keutamaan. Dia menguji sebagian manusia dengan sebagian manusia yang lain, agar Alloh menguji para hamba-Nya.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.

 

Makar adalah mengatur secara rahasia yang dilakukan oleh para pelakunya untuk mereka melaksanakan apa yang mereka rencanakan dari menimpakan gangguan kepada orang yang benar. Mereka adalah sekelompok manusia yang al-Qur’an menyebutkan mereka dengan lafazh الملأ / al-mala’. Mereka adalah para pemimpin, para pembesar, para tokoh kaum mereka. Mereka menonjol di masyarakat mereka. Mereka perkataannya di terima kaum mereka. Manusia memuliakan mereka. Mereka adalah orang yang berhak untuk memimpin masyarakat sesuai dengan pemahaman kemasyarakatan yang mereka hidup di situ. Dimutlakkannya kata al-mala’ dalam al-Qur’an untuk menjelaskan fakta, bukan untuk menjelaskan hakikatnya. Atau karena mereka berhak mendapetkan kedudukan ini, yaitu kedudukan kepemimpinan dan ketokohan.

 

Ibnu al-Jauzi رحمه الله  berkata:

Sesungguhnya dijadikan para pembesar dari orang-orang fasik di suatu negeri karena mereka diberi kepemimpinan dan kekayaan. Mereka adalah orang-orang jahat yang suka untuk menguasai para hamba. Mereka menentang setiap dakwah yang menyampaikan kepada dirampasnya kedudukan dan kewibawaan mereka serta hilangnya kekuasaan mereka terhadap para hamba.

 

Karenanya, para pelaku kebatilan di setiap zaman dan di setiap tempat berusaha untuk memusuhi dakwah yang benar dan mereka menolak setiap apa yang merampas kekuasaan mereka. Bahkan mereka menghasut manusia untuk menentang dakwah. Sebagaimana kisah Nabi Nuh عليه السَّلام:

فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ

“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab, ‘Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan seandainya Alloh menghendaki, maka Dia mengutus beberapa orang malaikat. Kami tidak pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu.’”

 

Mereka dengan kedudukan mereka –untuk menjaga kedudukan mereka- menghasut manusia untuk menolak dakwah dan menolak Nuh serta menghasut manusia untuk memusuhi Nuh. Mereka berkata kepada manusia, “Sesungguhnya Nuh ingin menjadi pemimpin kalian.” Tujuannya agar manusia berpaling dari Nuh agar kekuasaan mereka tetap langgeng.

 

Ini misal dari para rasul terdahulu. Adapun apa yang terjadi dengan penutup para nabi dan rasul, maka sungguh Alloh telah mengisahkan tentang para pemuka Quraisy:

وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

“Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (dengan berkata), ‘Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu yang dikehendaki.’”

 

Ini sebagian perkataan para pembesar Quraisy. Maknanya sebagaimana dalam Tafsir Qurthubi:

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang dikehendaki.” Perkataan peringatan. Yaitu sesungguhnya Muhammad menginginkan dengan apa yang ia katakan agar manusia tunduk kepadanya dan menjadi pemimpin kita. Kita menjadi pengikutnya. Sehingga ia mengatur kita sebagaimana yang ia inginkan. Hati-hatilah dari mentaatinya.

 

Ayat ini menjelaskan bahwa di setiap negeri ada orang-orang jahat dari para pembesar dan pemuka mereka untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Ini adalah sifat orang-orang jahat. Serta menjelaskan adat dan cara mereka. Ayat ini turun dan Rasululloh di Mekah, untuk menjelaskan kepada para juru dakwah bahwa makar adalah sifat orang-orang jahat. Dalam hal ini terdapet hiburan bagi para juru dakwah dengan apa yang akan mereka jumpai, sehingga mereka di atas persiapan. Karena Mekah telah melalui keadaan dan kondisi berat bagi kaum muslimin. Karena para pembesar Mekah telah berbuat makar terhadap kaum muslimin dengan setiap jalan dan sarana. Sebagaimana terjadi di hari ini. Sama saja, apakah tipu daya secara materi atau informasi, serta mempromosikan bahwa Islam adalah agama kejahatan dan pembunuhan. Kaum muslimin adalah orang-orang tidak berguna dan para pembunuh. Mereka adalah orang-orang zhalim dan para wanita muslim tertindas.

 

Ibnu Katsir mengatakan bahwa makar yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah seruan mereka kepada kesesatan dari sisi menghias-hiasi perkataan mereka dan perbuatan mereka. Al-Qur’an mengkhususkan menyebutkan para pembesar, karena mereka adalah para penguasa yang di tangan mereka segala perkara dan karena mereka adalah orang yang paling mampu untuk berbuat kerusakan dan menghalangi dakwah dengan ketetapan kedudukan mereka di kaumnya.

 

Kepemimpinan mereka terhadap masyarakat mereka dan diserahkannya kepemimpinan kepada mereka adalah perkara aneh. Sungguh telah didahulukannya maf’ul kedua, yang demikian bukan karena perkara ini aneh, karena mereka tidak pantas untuk menjadi pemimpin. Ibnu ‘Asyur berkata, “Didahulukannya maf’ul kedua untuk diperhatikan karena keanehan keadaannya. Karena menjadikan orang-orang jahat menjadi pembesar dan pemimpin adalah perkara aneh. Karena mereka tidak pantas menjadi pemimpin.

 

Termasuk perkara aneh dalam ayat tersebut, “Penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu.” Alloh menyifati para pembesar tersebut dengan mereka adalah orang-orang jahat dan orang-orang yang berbuat makar. Telah diketahui bahwa kejahatan adalah dosa. Perbuatan jahat adalah sifat para pelaku keburukan dari orang-orang jahat dan orang-orang yang berbuat makar dan sifat orang-orang yang jahat.

 

Alloh berfirman:

وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ. فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ .  وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ .  قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ .  رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ .  قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ .

“Dan Kami wahyukan kepada Musa, ‘Lemparkanlah tongkatmu!’ Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata, ‘Kami beriman kepada Tuhan semesta alam. (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.’  Fir'aun berkata, ‘Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya (perbuatan ini) adalah suatu makar yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya, maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).”

 

Telah datang perintah Alloh kepada Musa عليه السَّلام untuk melemparkan tongkatnya. Lalu tongkat tersebut berubah menjadi ular yang berjalan dan memakan setiap apa yang mereka ada-adalan dari tipuan dan kebohongan / sihir. Tampaklah kebenaran dan jelas dalam peristiwa ini. Maka batallah sihir mereka, sehingga mereka hina dalam peristiwa tersebut. Karena kebatilan yang mereka banggakan telah hilang dan sihir yang mereka kerjakan telah sirna, mereka tidak mendapetkan tujuan mereka yang mereka inginkan.

 

Dari sana, tatkala para tukang sihir mengetahui bahwa apa yang terjadi bukanlah sihir atau perkara biasa, karena mereka mengetahui sihir dan metode-metodenya, maka mereka mengetahui apa yang tidak diketahui selain tukang sihir. Mereka mengetahui apa yang terjadi adalah ayat dari ayat-ayat Alloh. Karenanya, mereka tidak berbuat kecuali mengumumkan keimanan mereka.

 

Akan tetapi syahid dalam ayat-ayat ini bahwa kaum mukminin disifati dengan makar. Sedangkan makar adalah sifat untuk selain kaum mukminin. Sesungguhnya makar adalah sifat orang-orang kafir. Setiap sifat yang disebutkan padanya makar adalah sifat untuk orang-orang jahat, kecuali di tempat ini. Setelah Fir’aun mengumpulkan para tukang sihir, mengumpulkan para pembantunya, dan mengumpulkan rakyatnya, maka hasilnya kebalikan apa yang mereka inginkan. Sihir tersebut berbalik kepada para tukang sihir. Alloh melaksanakan perkara yang telah ditetapkan-Nya. Para tukang sihir tersebut sebagaimana perkataan Qatadah, “Mereka di awal siang adalah orang-orang kafir dan di akhir siang mereka adalah orang-orang yang mati syahid dan orang-orang baik.”

 

 قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

“Fir'aun berkata, ‘Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya (perbuatan ini) adalah suatu makar yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya, maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).”

 

Ibnu ‘Asyur berkata: Perkataan Fir’aun di sini mengandung kemungkinan bahwa apa yang dikatakannya cocok dengan persangkaannya di atas tuduhan terhadap kaum mukminin. Ia mengatakannya sebagai celaan kepada kaum mukminin. Sebagaimana mengandung kemungkinan ia mengatakannya sebagai tipuan dan kebohongan untuk memalingkan manusia dari mengikuti para tukang sihir.

 

Dengan ini tampak penipuan dan kebohongan terhadap hakikat peristiwa tersebut di hadapan manusia. Tampaklah kebenaran secara nyata. Adapun Fir’aun, ia mengatakan perkataan ini untuk membela kehormatannya yang dirampas darinya dalam peristiwa ini. Ia berkata kepada manusia dan menyeru bahwa para tukang sihir telah bersekongkol dengan Musa. Ini telah mereka rencanakan secara rahasia. Ia mengklaim di hadapan rakyatnya bahwa mereka / para rakyat adalah yang diinginkan dalam makar ini. Musa dan orang-orang yang bersamanya dari para tukang sihir ingin mengeluarkan mereka dari kota mereka. Lalu Fir’aun mulai mengancam.

 

Fir’aun ingin membalikkan peristiwa tersebut kepada Musa dan orang-orang yang beriman bersamanya dan membalikkan peristiwa tersebut untuk maslahatnya, sehingga manusia berkumpul kepadanya. Fir’aun menyeru:

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan Fir'aun menyeru kaumnya, berkata, ‘Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku, maka apakah kamu tidak melihat(nya)?’”

 

Fir’aun menyeru setelah ia melihat ayat yang gamblang, maka ia takut rakyatnya beriman, “Bukankah kerajaan Mesir yang luas ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawah istana-istanaku?”

 

Qatadah berkata, “Dahulu kebun-kebun dan sungai-sungai Mesir mengalir di bawah istananya.”

أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ

“Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini?” Ia mengisyaratkan kepada sedikitnya pengikut Musa dan rendahnya ia. Dalam perkataan ini terdapet hasutan kepada pengikut Musa dengan kekuasaannya. Musa tidak memiliki kekuasaan, harta, kedudukan, dan tidak pula pemerintahan.

 

Syaikh Abdurahman as-Sa’di رحمه الله berkata:

Lalu kaum mukminin berdoa kepada Alloh agar Alloh memantapkan mereka dan memberi kesabaran kepada mereka. Mereka berdoa:

رَبَّنَا أَفْرِغْ

“Rabb kami, limpahkan.” Yaitu curahkan.

عَلَيْنَا صَبْرًا

“Kepada kami kesabaran.” Yaitu (kesabaran) yang besar. Sebagimana yang ditunjukkan oleh lafazh nakirah. Karena ini adalah cobaan yang besar yang bisa sampai kepada kematian. Sehingga diperlukan kesabaran yang besar padanya untuk mengokohkan hati dan seorang mukmin tenang dengan keimanannya serta hilang darinya ketakutan yang besar.

وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

“Dan wafatkan kami di atas Islam.” Yaitu tunduk kepada perintah-Mu dan mengikuti Rasul-Mu. Zhahirnya Fir’aun melaksanakan ancamannya kepada mereka dan Alloh menetapkan mereka di atas keimanan.

 

Sumber: www.alukah.net  بتصرف

Tidak ada komentar:

Posting Komentar