تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا
لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri
akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adlh bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Qashash: 83)
Manusia ada empat macam:
Awal: Mereka menginginkan keagungan (derajat
yang tinggi) di atas manusia dan (menginginkan) kerusakan di bumi. Ini adlh
maksiat kepada Alloh. Mereka adlh para raja dan para pemimpin yang berbuat
kerusakan, semisal Fir’aun dan golongannya. Mereka adlh seburuk-buruk makhluk.
Alloh تَعَالَى
berfirman:
إنَّ
فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ
طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إنَّهُ
كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
“Sesungguhnya Fir'aun telah
berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,
dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan
membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun
termasukorang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 4)
Muslim meriwayatkan dalam Shahíhnya dari Ibnu
Mas’ud رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ berkata: Rasululloh صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
bersabda:
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ وَلَا
يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إيمَانٍ
فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ: إنِّي أُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبِي حَسَنًا
وَنَعْلِي حَسَنًا. أَفَمِنْ الْكِبْرِ ذَاكَ؟ قَالَ: لَا؛ إنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ
يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاس.
“Tidak akan masuk Surga orang
yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan dan tidak akan
masuk Neraka orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari keimanan.”
Seorang lelaki berkata, “Wahai Rasululloh, aku senang bila bajuku bagus dan
sandalku bagus. Apakah hal tersebut termasuk kesombongan?” Nabi menjawab,
“Tidak, sesungguhnya Alloh indah menyenangi keindahan. Kesombongan adlh menolak
kebenaran dan meremehkan manusia.”
بطر الحق adlh menolak dan mengingkari kebenaran. Sedangkan غمط الناس adlh menghinakan dan meremehkan
mereka. Ini adlh kondisi orang yang menginginkan keagungan dan kerusakan.
Kedua: Orang-orang
yang menginginkan kerusakan dengan tanpa keagungan. Semisal para pencuri dan
para pelaku kejahatan dari manusia rendahan.
Ketiga: Mereka
menginginkan keagungan tanpa kerusakan, semisal orang-orang yang memiliki
agama, mereka menginginkan ketinggian / keagungan di atas manusia yang lain.
Keempat: Mereka adlh
penduduk Surga yang mereka tidak menginginkan keagungan di bumi dan tidak pula
kerusakan, bersamaan bahwa mereka kadang lebih tinggi dari selain mereka.
Sebagaimana firman Alloh تَعَالَى:
وَلَا
تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlh kamu
bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adlh
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), bila kamu orang-orang yang beriman.”
(QS. Áli ‘Imrán: 139)
Alloh تَعَالَى berfirman:
فَلَا
تَهِنُوا وَتَدْعُوا إلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ
وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
“Janganlah kamu
lemah dan minta damai padahal kamulh yang di atas dan Alloh-(pun) beserta kamu
dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (ganjaran) amal-amalmu.” (QS. Muhammad: 35)
وَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan
kemuliaan itu bagi Alloh, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin.” (QS. Al-Munáfiqún: 8)
Berapa banyak orang yang ingin kemuliaan dan
hal itu tidak menambahnya kecuali kerendahan. Berapa banyak orang yang
dijadikan tinggi / mulia, sedangkan ia tidak menginginkan kemuliaan dan tidak
pula kerusakan. Demikian itu krn keinginan untuk mulia / tinggi di atas makhluk
adlh kezhaliman. Krn manusia asalnya dari satu jenis. Keinginan seseorang untuk
ia lebih tinggi / mulia dan selainnya di bawahnya adlh kezhaliman. Bersamaan
hal tersebut adlh kezhaliman, manusia tidak menyukai dan memusuhi orang semisal
itu. Krn orang yang adil di antara menusia, tidak senang ia dikuasai oleh orang
yang semisal dirinya dan orang yang tidak adil di antara manusia, ia
mengutamakan bahwa ia yang berkuasa. Bersamaan dengan hal tersebut, tidak bias
tidak –sesuai akal dan agama- bahwa sebagian orang berada di atas sebagian yang
lain, sebagaimana tlh kami kemukakan bahwa tubuh tidak benar kecuali harus
memiliki kepala. Alloh تَعَالَى berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ
وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ
“Dan Dia yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dibumi
dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu.” (QS. Al-An’ám: 165)
Alloh تَعَالَى berfirman:
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ
لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
“Kami tlh menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat
mempergunakan sebahagian yang lain.” (QS. Az-Zukhrúf: 32)
Syariat tlh
datang untuk menggunakan kekuasaan dan harta di jalan Alloh. Bila dimaksudkan
dengan kekuasaan dan harta adlh untuk mendekatkan diri kepada Alloh dan
menafkahkan hal tersebut di jalan Alloh, maka hal tersebut adlh kebaikan agama
dan dunia. Bila kekuasaan terpisah dari agama atau agama terpisah dari
kekuasaan maka rusak kondisi manusia. Sesungguhnya terbedakan antara pelaku
ketaatan kepada Alloh dari pelaku kemaksiatan kepada Alloh dengan niat dan amal
shalih. Sebagaimana dalam ash-Shahíhain dari Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
إنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إلَى صُوَرِكُمْ
وَلَا إلَى أَمْوَالِكُمْ وَإِنَّمَا يَنْظُرُ إلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya
Alloh tidak melihat rupa-rupa kalian dan tidak pula harta-harta kalian, akan
tetapi Dia melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian.”
Tatkala
mayoritas para penguasa menginginkan harta dan kehormatan dan mereka terpisah
dari hakikat keimanan dalam kekuasaan mereka, sehingga kebanyakan manusia
memandang bahwa kekuasaan (pemerintahan) menafikan keimanan dan kesempurnaan
agama. Lalu di antara mereka ada orang yang mendominankan agama dan berpaling
dari kekuasaan yang agama tidak sempurna kecuali dengan hal tersebut. Di antara
mereka ada orang yang memandang hajatnya kepada kekuasaan, sehingga ia
berpaling dari agama, krn ia berkeyakinan bahwa kekuasaan menafikan agama.
Agama menurutnya di tempat kasih sayang dan kehinaan, bukan di tempat tinggi
dan mulia.
Demikian
pula tatkala mayoritas orang-orang yang beragama lemah dan takut untuk
menyempurnakan agama krn kadang akan menimpa mereka musibah dalam menegakkan
kesempurnaan agama; maka orang yang memandang bahwa kemaslahatannya dan
kemaslahatan selainnya tidak tegak (bisa diperoleh) dengan jalan agama,
menganggap lemah dan menghinakan metode orang-orang yang beragama.
Kedua jalan ini rusak –jalan orang yang
menasabkan kepada orang-orang yang tidak menyempurnakan agama dengan kekuasaan,
jihad, dan harta, dan jalan orang yang menginginkan kekuasaan, harta dan
perang, namun tidak bertujuan untuk menegakkan agama- keduanya adlh jalan
orang-orang yang dapet kemurkaan dan orang-orang yang sesat. Yang awal adlh
jalan orang-orang sesat kaum Nashrani dan yang kedua adlh jalan orang-orang
yang dapet kemurkaan kaum yahudi. Sesungguhnya jalan yang lurus adlh jalan
orang-orang Alloh karuniakan kepada mereka dari para nabi, para shidiqin, para
syuhada’, dan para shalihin. Ini adlh jalan Nabi kita Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,
jalan para khalifahnya, para sahabatnya, dan orang yang menempuh jalan mereka.
Mereka adlh “orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridha kepada mereka dan
Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itu adlh kemenangan yang
besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Wajib bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh
dalam hal tersebut sesuai dengan kemampuannya. Siapa yang memegang kekuasaan
yang bertujuan untuk taat kepada Alloh; dan menegakkan agamanya dan
kemaslahatan kaum muslimin yang bisa mengukuhkannya (dalam kekuasaan); serta
menegakkan kewajiban-kewajiban dan menjauhkan diri dari keharaman-keharaman
yang akan mengukuhkannya (dalam kekuasaan), maka ia tidak akan diadzab dengan
apa yang ia tidak mampu mengerjakannya. Sesungguhnya berkuasanya orang-orang
shalih lebih baik daripada berkuasanya orang-orang fajir.
Siapa yang tidak mampu untuk menegakkan agama dengan
kekuasaan dan jihad, maka ia mengerjakan apa yang ia mampu mengerjakannya dari
memberi nasehat dalam hati, mendoakan kebaikan untuk umat, mencintai kebaikan,
dan mengerjakan kebaikan yang ia mampu kerjakan. Ia tidak dibebani apa yang ia
tidak mampu mengerjakannya. Sesungguhnya tegaknya agama dengan al-Qurán yang
memberi petunjuk dan besi (persenjataan) yang menolong (agama), sebagaimana
yang disebutkan oleh Alloh تَعَالَى. Wajib bagi setiap orang untuk
bersungguh-sungguh dalam menyatukan al-Qur’an dan besi (persenjataan) untuk
Alloh تَعَالَى dan untuk
mendapetkan apa yang ada di sisi-Nya (dari Surga) dengan meminta pertolongan
kepada Alloh dalam hal tersebut.
Lalu dunia
digunakan untuk menolong agama, sebagaimana perkataan Mu’adz bin Jabal رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ, “Wahai anak Adam, kamu membutuhkan
bagianmu dari dunia dan kamu lebih membutuhkan kepada bagianmu dari akhirat.
Bila kamu memulai dengan bagian akhiratmu maka perintahkan (untuk mengambil)
bagian duniamu, lalu aturlh duniamu dengan sebaik-baiknya. Bila kamu memulai
dengan bagian duniamu, lalu kamu kelepasan bagian akhiratmu, maka kamu dalam
bahaya di dunia.” Dalil akan hal tersebut adlh apa yang diriwayatkan dari Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ وَالْآخِرَةُ أَكْبَرُ هَمِّهِ
جَمَعَ اللَّهُ لَهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ
الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ؛ وَمَنْ أَصْبَحَ وَالدُّنْيَا أَكْبَرُ هَمِّهِ
فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إلَّا مَا كَتَبَ لَهُ
“Siapa
yang di waktu pagi dan akhirat menjadi
keinginan terbesarnya maka Alloh akan menyatukan apa yang bercerai berai dan
menjadikan kekayaannya dalam hatinya dan dunia mendatanginya, sedangkan ia
tidak menginginkannya. Siapa yang di waktu pagi dan dunia menjadi keinginan
terbesarnya maka Alloh akan mencerai beraikan perkaranya dan menjadikan
kemiskinannya di depan matanya dan dunia tidak mendatanginya kecuali apa yang
tlh Alloh tetapkan baginya.”
Asal
hal tersebut dalam firman Alloh تَعَالَى:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إلَّا
لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku. Aku tidak
menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka
memberiku makan. Sesungguhnya Alloh, Dia Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai
Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzáriyát: 56-58)
Kami memohon
kepada Alloh Yang Maha Agung untuk memberi taufik kita, para saudara kita, dan
seluruh kaum muslimin kepada perkataan dan perbuatan yang Dia mencintainya dan
meridhainya untuk kita. Sesungguhnya tidak ada daya dan tidak pula kekuatan
kecuali dengan (pertolongan) Alloh Yang Maha Tinggi Maha Agung.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيمًا كَثِيرًا دَائِمًا إلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Sumber: مجموع
الفتاوى لابن تيمية (الشاملة)
✍🏻
Rohmatulloh Ngimaduddin, Lc
…
════
❁✿ 📓📓📓✿❁
════
📱 Grup whatsapp "بيان الحق", Gabung: ~+6287700383901~
085741351620
Tidak ada komentar:
Posting Komentar